Sabtu, 13 Oktober 2012

Dewa Agni


Dalam ajaran agama Hindu, Agni adalah dewa yang bergelar sebagai pemimpin upacara, dewa api, dan duta para Dewa. Kata Agni itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta (अग्नि) yang berarti 'api'. Konon Dewa Agni adalah putra Dewa Dyaus dan Pertiwi.
Sesuai dengan karakter yang dimilikinya, Agni dilukiskan sebagai dewa yang badannya berwarna merah, rambutnya adalah api yang berkobar, berkepala dua dan selalu bersinar, berdagu tajam, bergigi emas, memiliki enam mata, tujuh tangan, tujuh lidah, empat tanduk, tiga kaki, dan mengendarai biri-biri. Ciri-ciri yang dipaparkan tersebut memiliki arti dan filsafat tersendiri. Kadangkala ciri-ciri Agni tersebut berbeda dengan ciri-ciri Agni di suatu wilayah tertentu, karena penggambarannya juga tergantung pada persepsi masyarakat setempat.
Dewa Agni sering disebut-sebut sebagai Dewa pemimpin upacara dalam kitab suci Hindu, Weda. Dewa Agni bergelar sebagai Dewa pemimpin upacara karena beliau ahli dalam segala hal yang berkaitan dengan upacara keagamaan. Dewa Agni pula yang diminta hadir dalam suatu upacara (terutama Agnihotra) sebagai duta para Dewa yang mempersembahkan sesuatu kepada-Nya (Tuhan). Dalam melaksanakan suatu upacara, Dewa Agni pula yang menjadi pendamping para pendeta.
Dewa Agni bergelar pula sebagai Dewa api. Dalam candi-candi dan lukisan-lukisan, Beliau digambarkan sebagai Dewa yang memiliki rambut api yang berkobar dan kepalanya selalu bersinar. Dalam kitab Mahabharata, Dewa Agni adalah dewa yang membakar hutan Kandhawa.
Nama lain :
·         Witihotra (yang memberi pahala kepada para penyembah)
·         Dhumaketu (yang bermahkota asap)
·         Saptajihwa (berlidah tujuh)
·         Grehapati (tuannya rumah tangga)
·         Dananjaya (yang menaklukkan musuh)



Rabu, 10 Oktober 2012

BAHAN KIMIA DALAM BAHAN MAKANAN


  • Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas makanan, menambahkan kelezatan, membuat makanan tampak lebih menarik, dan mengawetkan makanan.
  • Di zaman modern seperti sekarang ini, bahan tambahan makanan digunakan dalam skala yang makin luas.
  • Luasnya penggunaan bahan tambahan makanan dapat dilihat dari pengelompokannya seperti diatur dalam peraturan Menkes nomor 235 (1979).
  • Dalam peraturan Menkes tersebut, disebutkan bahwa berdasarkan fungsinya, bahan tambahan makanan (zat aditif) dikelompokkan menjadi 14, di antaranya, yaitu: antioksidan dan antioksidan sinergis, pengasam, penetral, pemanis buatan, pemutih dan pematang, penambah gizi, pengawet, pengemulsi (pencampur), pemantap dan pengental, pengeras, pewarna alami dan sintetis, penyedap rasa dan aroma, dan lainnya.
  • Komposisi adalah semua bahan baku pembuat makanan kemasan, termasuk zat aditif yang digunakan dalam pembuatan atau persiapan pangan dalam kemasan.
  • Bahan aditif yang mesti dicantumkan dalam kandungan isi meliputi bahan buatan atau alami yang ditambahkan untuk memperbaiki penampilan, bau, rasa, konsistensi atau lama penyimpanannya.
  • Biasanya, bahan aditif diberi kode huruf E (Eropa) dan diikuti dengan tiga angka.
  • Misalnya, E 100 sebagai kode pewarna, E 200 kode konsevator, E 300 kode antioksida, dan E 400 kode pengemulsi atau stabilisator.
  • Contoh bahan aditif itu adalah E 200 asam sorbat, E 201 Na sorbat, E 300 asam askorbat, E 311 oktil gallat, E 320 butil hidroksilanisol (BHA), dan E 321 butilhidroksil toluena (BHT).
Zat aditif makanan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1.      Zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
2.      Zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik
         susunan    kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.

  •  Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai :
  • zat pewarna,
  • pemanis,
  • pengawet,
  • penyedap rasa.
A. Bahan Pewarna
  • Bahan pewarna merupakan bahan alami ataupun bahan kimia yang ditambahkan ke dalam makanan.
  • Penambahan bahan pewarna pada makanan bertujuan untuk memberi penampilan tertentu atau warna yang menarik.
  • Warna yang menarik dapat menjadikan makanan lebih mengundang selera.
  • Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake 
  • Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air.  
  • Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan.  
  • Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produk-produk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.
1. Pewarna Alami
  • Pewarna alami merupakan bahan pewarna yang bahan-bahannya banyak diambil dari tumbuh-tumbuhan. Bahan pewarna alami yang banyak digunakan antara lain sebagai berikut.
  • Daun suji mengandung zat warna klorofil untuk memberi warna hijau menawan, misalnya pada dadar gulung, kue bika, atau kue pisang.
  • Buah kakao merupakan penghasil cokelat dan memberikan warna cokelat pada makanan, misalnya es krim, susu cokelat, atau kue kering.
  • Kunyit (Curcuma domestica) mengandung zat warna kurkumin untuk memberi warna kuning pada makanan, misalnya tahu, bumbu Bali, atau nasi kuning. Selain itu, kunyit dapat mengawetkan makanan.
  • Cabai merah, selain memberi rasa pedas, juga menghasilkan zat warna kapxantin yang menjadikan warna merah pada makanan, misalnya rendang daging atau sambal goreng.
  • Wortel, beta-karoten (provitamin-A) pada wortel menghasilkan warna kuning.
  • Karamel, warna cokelat karamel pada kembang gula karena proses karamelisasi, yaitu pemanasan gula tebu sampai pada suhu sekitar 170°C.
  • Gula merah, selain sebagai pemanis juga memberikan warna cokelat pada makanan, misalnya pada bubur dan dodol.
  • Selain contoh di atas, beberapa buah-buahan juga dapat menjadi bahan pewarna alami, misalnya anggur menghasilkan warna ungu, stroberi warna merah, dan tomat warna oranye.
2. Pewarna Buatan
  • Makanan ada yang menggunakan pewarna alami ada pula yang menggunakan pewarna buatan.
  • Bahan pewarna buatan ada dua jenis, yaitu :
  • 1. Jenis pertama adalah pewarna buatan yang disintesa dengan struktur kimia persis seperti bahan alami, misalnya beta-karoten (warna oranye sampai kuning), santoxantin (warna merah), dan apokaroten (warna oranye).
  • 2. Jenis kedua adalah bahan pewarna yang disintesa khusus untuk menggantikan pewarna alami.
Bahan pewarna buatan dan  Contoh produk makanan
  • Indigokarmin menghasilkan warna biru gula dan minuman ringan.
  • Eritrosin menghasilkan warna merah es krim dan jeli
  • Tartrasin menghasilkan warna kuning es krim, yoghurt, dan jeli
  • Meskipun bahan pewarna tersebut diizinkan, kita harus selalu berhati-hati dalam memilih makanan yang menggunakan bahan pewarna buatan karena penggunaan yang berlebihan tidak baik bagi kesehatan.
  • Penggunaan tartrazine yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi, asma, dan hiperaktif pada anak.
  • Penggunaan erythrosine yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi pada pernapasan, hiperaktif pada anak, tumor tiroid pada tikus, dan efek kurang baik pada otak dan perilaku.

3. Perbedaan antara Pewarna Alami dan Pewarna Buatan
  • Bahan pewarna alami maupun buatan digunakan untuk memberi warna yang lebih menarik pada makanan.
  • Biasanya orang menggunakan bahan pewarna alami karena lebih aman dikonsumsi daripada bahan pewarna buatan.
  • Bahan alami tidak memiliki efek samping atau akibat negatif dalam jangka panjang.
  • Adapun pewarna buatan dipilih karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan zat pewarna alami.
Pewarna alami  
  • Lebih aman dikonsumsi.
  •  Warna yang dihasilkan kurang stabil mudah berubah oleh pengaruh tingkat keasaman tertentu.
  • Untuk mendapatkan warna yang bagus diperlukan bahan pewarna dalam jumlah banyak.
  • Keanekaragaman warnanya terbatas.
  • Tingkat keseragaman warna kurang baik.
  • Kadang-kadang memberi rasa dan aroma yang agak mengganggu.
Pewarna Buatan
  • Kadang-kadang memiliki efek negatif tertentu.
  • Dapat mengembalikan warna asli, kestabilan warna lebih tinggi, tahan lama, dan dapat melindungi vitamin atau zat-zat makanan lain yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan.
  • Praktis dan ekonomis. 
  •  Warna yang dihasilkan lebih beraneka ragam.
  • Keseragaman warna lebih baik. 
  • Biasanya tidak menghasilkan rasa dan aroma yang mengganggu.
  • Seiring dengan meluasnya pemakaian pewarna sintetik, sering terjadi penyalahgunaan pewarna pada makanan.
  • Sebagai contoh digunakannya pewarna tekstil untuk makanan sehingga membahayakan konsumen.
  • Zat pewarna tekstil dan pewarna cat biasanya mengandung logam berat, seperti: arsen, timbal, dan raksa sehingga bersifat racun.

B. Pemanis
  • Bahan pemanis adalah bahan kimia yang ditambahkan pada makanan atau minuman yang berfungsi untuk memberikan rasa manis.
  • Bahan pemanis ini ada dua macam, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan.
1. Pemanis Alami
Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan. Contohnya :
  • Gula tebu mengandung zat pemanis fruktosa yang merupakan salah satu jenis glukosa. Gula tebu atau gula pasir yang diperoleh dari tanaman tebu merupakan pemanis yang paling banyak digunakan. Selain memberi rasa manis, gula tebu juga bersifat mengawetkan.
  • Gula merah merupakan pemanis dengan warna coklat. Gula merah merupakan pemanis kedua yang banyak digunakan setelah gula pasir. Kebanyakan gula jenis ini digunakan untuk makanan tradisional, misalnya pada bubur, dodol, kue apem, dan gulali.
  • Madu merupakan pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah madu. Selain sebagai pemanis, madu juga banyak digunakan sebagai obat.
  • Kulit kayu manis merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pemanis. Selain itu kayu manis juga berfungsi sebagai pengawet.
Zat pemanis alami yang biasa digunakan, dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Pemanis nutritif
  • Pemanis nutritif adalah pemanis alami yang menghasilkan kalori.
  •  Pemanis nutritif berasal dari tanaman (sukrosa/ gula tebu, gula bit, xylitol dan fruktosa), dari hewan (laktosa, madu), dan dari hasil penguraian karbohidrat (sirop glukosa, dekstrosa, sorbitol).
  •  Kelebihan pemanis ini dapat mengakibatkan obesitas, karena kandungan kalorinya yang tinggi.
2) Pemanis nonnutritif
  • Pemanis nonnutritif adalah pemanis alami yang tidak menghasilkan kalori.
  •  Pemanis nonnutritif berasal dari tanaman (steviosida), dan dari kelompok protein (miralin, monellin, thaumatin).
2. Pemanis Buatan
  • Pemanis buatan adalah senyawa hasil sintetis laboratorium yang merupakan bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan.
  •  Pemanis buatan tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Sebagaimana pemanis alami, pemanis buatan  juga mudah larut dalam air.
  •  Penggunaan bahan pemanis atau batasan pemakaian bahan pemanis dalam makanan harus mengacu pada WHO yang dikenal dengan ADI (aceeptable daily intake) dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722 / Menkes / per / IX / 1988 tentang batasan maksimum penggunaan bahan kimia dalam makanan. Beberapa pemanis buatan yang beredar di pasaran di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Aspartam
  • Aspartam mempunyai nama kimia aspartil fenilalanin metil ester, merupakan pemanis yang digunakan dalam produk-produk minuman ringan.
  •  Aspartam merupakan pemanis yang berkalori sedang.
  • Tingkat kemanisan dari aspartam 200 kali lebih manis daripada gula pasir.
  •  Aspartam dapat terhidrolisis atau bereaksi dengan air dan kehilangan rasa manis, sehingga lebih cocok digunakan untuk pemanis yang berkadar air rendah.
b. Sakarin
  • Sakarin merupakan pemanis buatan yang paling tua.
  • Tingkat kemanisan sakarin kurang lebih 300 kali lebih manis dibandingkan gula pasir.
  •  Namun, jika penambahan sakarin terlalu banyak justru menimbulkanrasa pahit dan getir.
  • Es krim, gula-gula, es puter, selai, kue kering, dan minuman fermentasi biasanya diberi pemanis sakarin.
  • Sakarin sangat populer digunakan dalam industri makanan dan minuman karena harganya yang murah.
  •  Namun penggunaan sakarin tidak boleh melampaui batas maksimal yang ditetapkan, karena bersifat karsogenik (dapat memicu timbulnya kanker).

c. Siklamat
  • Siklamat terdapat dalam bentuk kalsium dan natrium siklamat dengan tingkat kemanisan yang dihasilkan kurang lebih 30 kali lebih manis daripada gula pasir.
  • Makanan dan minuman yang sering dijumpai mengandung siklamat antara lain: es krim, es puter, selai, saus, es lilin, dan berbagai minuman fermentasi.
  • Beberapa negara melarang penggunaan siklamat karena diperkirakan mempunyai efek karsinogen.
  •  Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 500–3.000 mg per kg bahan makanan.
d. Sorbitol
  • Sorbitol merupakan pemanis yang biasa digunakan untuk pemanis kismis, selai dan roti, serta makanan lain.
e. Asesulfam K
  • Asesulfam K merupakan senyawa 6-metil-1,2,3-oksatiazin-4(3H)-on-2,3-dioksida atau merupakan asam asetoasetat dan asam sulfamat.
  • Tingkat kemanisan dari asesulfam K adalah 200 kali lebih manis daripada gula pasir.
  • Berdasarkan hasil pengujian laboratorium, asesulfam K merupakan pemanis yang tidak berbahaya.
3. Perbedaan Pemanis Alami dengan Pemanis Buatan
  • Orang memilih jenis pemanis untuk makanan yang dikonsumsinya tentu dengan alasan masing-masing.
  • Pemanis alami tentu lebih aman, tetapi harganya lebih mahal. Pemanis buatan lebih murah, tetapi aturan pemakaiannya sangat ketat karena bisa menyebabkan efek negatif yang cukup berbahaya.
  •  Pada kadar yang rendah atau tertentu, pemanis buatan masih diijinkan untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan, tetapi pada kadar yang tinggi bahan ini akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Pemanis alami 
  • Pada suhu tinggi bisa terurai.
  •  Memiliki kalori tinggi
  • Berasa manis normali,
  •  Harganya cenderung lebih tinggi.
  • Lebih aman dikonsumsi
  • Pemanis buatan
  •  Cukup stabil bila dipanaskan.
  •  Memiliki kalori rendah..
  •  Berasa manis sampai puluhan bahkan ratusan kali rasa manis gula.
  •  Harganya sangat terjangkau. Sebagian dapat berpotensi karsinogen (penyebab kanker).
C. Pengawet
  • Bahan pengawet adalah bahan kimia yang dapat mencegah atau menghambat proses fermentasi (pembusukan), pengasaman, atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme sehingga makanan tidak mudah rusak atau menjadi busuk.
  • Bahan pengawet bersifat karsinogen, untuk itu batasan penggunaan bahan pengawet sebaiknya sesuai dengan Peraturan Menteri Kesesehatan No. 722/ menkes/per/IX/ 88.
  • Menurut FDA (Food and Drug Administrasion), keamanan suatu pengawet makanan harus mempertimbangkan jumlah yang mungkin dikonsumsi dalam produk makanan atau jumlah zat yang akan terbentuk dalam makanan dari penggunaan pengawet, efek akumulasi dari pengawet dalam makanan dan potensi toksisitas yang dapat terjadi (termasuk menyebabkan kanker) dari pengawet jika dicerna oleh manusia atau hewan. Secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. GRAS (Generally Recognized as Safe) yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali. Berikut ini adalah contoh- contoh pengawet alami.
a. Gula tebu
  • Gula tebu memberi rasa manis dan bersifat mengawetkan.
  •  Buah-buahan yang disimpan dalam larutan gula pekat akan menjadi awet karena mikroorganisme sukar hidup di dalamnya.
b. Gula merah
  • Selain sebagai pemanis gula merah juga bersifat mengawetkan seperti halnya gula tebu.
c. Garam
  • Garam merupakan pengawet alami yang banyak dihasilkan dari penguapan air laut.
  •  Ikan asin dapat bertahan hingga berbulan-bulan karena pengaruh garam.
d. Kunyit
  • Kunyit, selain sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai pengawet.
  •  Dengan penggunaan kunyit, tahu atau nasi kuning menjadi tidak cepat basi.
e. Kulit kayu manis
  • Kulit kayu manis merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pengawet karena banyak mengandung asam benzoat.
  • Selain itu, kayu manis juga berfungsi sebagai pemanis dan pemberi aroma.
f. Cengkih
  • Cengkih merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tanaman cengkih.
  • Selain sebagai pengawet, cengkih juga berfungsi sebagai penambah aroma.
2. ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen.
     Bahan-bahan pengawet tersebut, antara lain sebagai berikut.
a. Asam asetat
  • Asam asetat dikenal di kalangan masyarakat sebagai asam cuka.
  •  Bahan ini menghasilkan rasa masam 
  • Asam asetat sering dipakai sebagai pelengkap ketika makan acar, mi ayam, bakso, atau soto.
  • Asam asetat mempunyai sifat antimikroba. Makanan yang memakai pengawet asam cuka antara lain acar, saos tomat, dan saus cabai.
b. Benzoat
  • Benzoat banyak ditemukan dalam bentuk asam benzoat maupun natrium benzoat (garamnya).
  • Berbagai jenis soft drink (minuman ringan), sari buah, nata de coco, kecap, saus, selai, dan agar-agar diawetkan dengan menggunakan bahan jenis ini.
c. Sulfit
  • Bahan ini biasa dijumpai dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit.
  • Potongan kentang, sari nanas, dan udang beku biasa diawetkan dengan menggunakan bahan ini.
d. Propil galat
  • Digunakan dalam produk makanan yang mengandung minyak atau lemak dan permen karet serta untuk memperlambat ketengikan pada sosis.
  • Propil galat juga dapat digunakan sebagai antioksidan / Pencegah bau tengik.
e. Propianat
  • Jenis bahan pengawet propianat yang sering digunakan adalah asam propianat dan garam kalium atau natrium propianat.
  • Propianat selain menghambat kapang juga dapat menghambat pertumbuhan bacillus mesentericus yang menyebabkan kerusakan bahan makanan.
  •  Bahan pengawetan produk roti dan keju biasanya menggunakan bahan ini.
  • Penggunaan yang berlebihan bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
f. Garam nitrit
  • Garam nitrit biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit.
  • Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air.
  •  Bahan ini terutama sekali digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan, daging, dan juga daging olahan seperti sosis, atau kornet, serta makanan kering seperti kue kering.
  • Perkembangan mikroba dapat dihambat dengan adanya nitrit ini. Misalnya, pertumbuhan clostridia di dalam daging yang dapat membusukkan daging.
  • Penggunaan yang berlebihan, bisa menyebabkan keracunan.
  • Selain memengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, juga menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.
g. Sorbat
  • Sorbat yang terdapat di pasar ada dalam bentuk asam atau garam sorbat.
  • Sorbat sering digunakan dalam pengawetan margarin, sari buah, keju, anggur, dan acar.
  • Asam sorbat sangat efektif dalam menekan pertumbuhan kapang dan tidak memengaruhi cita rasa makanan pada tingkat yang diperbolehkan.
  • Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat perlukaan di kulit.
3. Zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi atau berbahaya, Pengawet tersebut di antaranya adalah:
  • 1. Boraks
  • Boraks atau natrium tetraborat, dengan rumus kimia Na2B4O7· 10 H2O adalah senyawa yang biasa digunakan sebagai bahan baku disinfektan, detergen, cat, plastik, ataupun pembersih permukaan logam sehingga mudah disolder.
  • Karena boraks bersifat antiseptik dan pembunuh kuman, bahan ini sering digunakan untuk pengawet kosmetik dan kayu.
  • Banyak ditemukan kasus boraks yang disalahgunakan untuk pengawetan bakso, sosis, krupuk gendar, mi basah, pisang molen, lemper, siomay, lontong, ketupat, dan pangsit.
  • Jika boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan, di antaranya:
  • gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit;
  • gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat;
  • terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan
  • menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.Formalin
  • 2. Formalin
  • adalah nama dagang untuk larutan yang mengandung 40% formaldehid (HCOH) dalam 60% air atau campuran air dan metanol (jenis alkohol bahan baku spiritus) sebagai pelarutnya.
  • Formalin sering disalahgunakan untuk mengawetkan mi, tahu basah, bakso, dan ikan asin. 
  •  Formalin tidak boleh digunakan karena dapat menyebabkan kanker paru-paru dan gangguan pada alat pencernaan dan jantung

  • 3. Natamysin
  • Bahan ini biasa digunakan pada produk daging dan keju. Bahan ini bisa menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, dan perlukaan kulit.

  • 4. Kalium Asetat
  • Makanan yang asam umumnya ditambahkan bahan pengawet ini. Padahal bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.

  • 5. Butil Hidroksi Anisol (BHA)
  • Biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, shortening, keripik kentang, pizza, dan teh instan.
  • Bahan pengawet jenis ini diduga bisa menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker.
D. Penyedap
  • Bahan penyedap rasa merupakan bahan tambahan makanan yang berguna untuk melezatkan bahan makanan.
  • Penyedap berfungsi menambah rasa nikmat dan menekan rasa yang tidak diinginkan dari suatu bahan makanan.
  • Bahan penyedap ini terdapat dalam bentuk alami dan buatan.
1. Penyedap Alami
Bahan penyedap dari bahan alami selalu terdapat di dalam setiap makanan. Biasanya bahan-bahan ini dicampurkan bersama-sama sebagai bumbu makanan, beberapa di antaranya :
  • Bawang merupakan pemberi rasa sedap alami yang paling banyak digunakan.
  • Merica memberi aroma segar dan rasa pedas yang khas.
  • Terasi merupakan zat cita rasa alami yang dihasilkan dari bubuk ikan dan udang kecil yang dibumbui sedemikian rupa sehingga memberi rasa sedap yang khas.
  • Daun salam memberi rasa sedap pada makanan.
  • Jahe memberi aroma harum dan rasa pedas khas jahe.
  • Cabai memberi rasa sedap dan pedas pada setiap masakan.
  • Daun pandan memberi rasa dan aroma sedap dan wangi pada makanan.
  • Kayu manis, selain memberi rasa manis dan mengawetkan juga memberi aroma harum khas kayu manis.
2. Penyedap Buatan
  • Penyedap buatan yang paling banyak digunakan dalam makanan adalah vetsin atau monosodium glutamat (MSG) yang sering juga disebut sebagai micin.
  • MSG merupakan garam natrium dari asam glutamat yang secara alami terdapat dalam protein nabati maupun hewani.
  • Daging, susu, ikan, dan kacang-kacangan mengandung sekitar 20% asam glutamat.
  • MSG tidak berbau dan rasanya merupakan campuran rasa manis dan asin yang gurih.
  • Mengonsumsi MSG secara berlebihan akan menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang dikenal sebagai Chinese RestaurantSyndrome (CRS)
  • Tanda-tandanya antara lain berupa munculnya berbagai keluhan seperti pusing kepala, sesak napas, wajah berkeringat, kesemutan pada bagian leher, rahang, dan punggung.

Total Tayangan Halaman

My name is Rayi Okty Hapsari. I come from XI IPA 2 (SID), State Senior High School 1 of Kebumen. I'm a Twihard and Westlifer.

125x125 Ads1

Pages


Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

About Me

Foto Saya
Rayi Okty Hapsari
Lihat profil lengkapku